Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, memberikan penjelasan terkait kabar mengenai kehadiran Presiden Prabowo Subianto pada pelantikan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, yang dijadwalkan berlangsung pada 20 Januari 2025. Dalam pernyataannya, Arrmanatha menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki tradisi mengundang kepala negara atau delegasi asing untuk menghadiri acara pelantikan presiden mereka.

Penjelasan dari Kemlu RI

Amerika tidak punya tradisi mengundang kepala negara untuk hadir di inaugurasi. Jadi, tidak ada undangan juga untuk delegasi,” ujar Arrmanatha saat ditemui oleh sejumlah media di Kementerian Luar Negeri RI pada 10 Januari 2025. Pernyataan ini menegaskan bahwa meskipun hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat terjalin baik, kehadiran Prabowo di acara tersebut tidak diharapkan.

Pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS akan melibatkan serangkaian prosesi, termasuk serah terima jabatan dari pemerintahan lama, upacara pelantikan wakil presiden, pidato pelantikan presiden baru, dan upacara penghormatan resmi. Acara ini akan dimulai sekitar pukul 9.30 pagi waktu setempat dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari dalam negeri, termasuk anggota Kongres, pejabat pemerintah, dan tamu undangan lainnya.

Hubungan Prabowo dan Trump

Sebelumnya, setelah Donald Trump diumumkan terpilih sebagai presiden, Prabowo menyampaikan ucapan selamat melalui sambungan telepon. Dalam percakapan tersebut, Prabowo mengungkapkan harapannya untuk meningkatkan kolaborasi antara kedua negara. “Senang sekali dapat terhubung langsung dengan presiden terpilih Donald Trump untuk menyampaikan ucapan selamat yang tulus atas terpilihnya dia sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat,” tulis Prabowo dalam unggahan di akun media sosialnya.

Prabowo juga menekankan pentingnya diskusi yang lebih produktif di masa mendatang antara Indonesia dan Amerika Serikat. “Saya berharap dapat meningkatkan kolaborasi antara kedua negara besar kita,” imbuhnya. Harapan ini mencerminkan keinginan untuk memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin selama ini, terutama dalam bidang ekonomi, pertahanan, dan keamanan.

Konteks Hubungan Indonesia-AS

Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat telah mengalami berbagai dinamika sepanjang sejarah. Kedua negara memiliki kepentingan strategis yang saling melengkapi, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti terorisme, perubahan iklim, dan perdagangan internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama antara kedua negara semakin meningkat, dengan berbagai pertemuan tingkat tinggi dan inisiatif bersama yang diluncurkan.

Kehadiran Prabowo dalam pelantikan Trump, meskipun tidak mungkin terjadi, tetap menjadi simbol penting dari hubungan bilateral yang erat. Banyak pengamat politik yang berharap bahwa meskipun tidak ada kehadiran fisik, komunikasi dan kerjasama antara kedua pemimpin tetap dapat terjalin dengan baik.

Harapan untuk Masa Depan

Meskipun tidak ada tradisi mengundang kepala negara dalam pelantikan presiden AS, Prabowo dan pemerintah Indonesia tetap optimis tentang masa depan hubungan bilateral. “Kami akan terus berkomunikasi dan bekerja sama dengan pemerintah AS untuk mencapai tujuan bersama,” kata Arrmanatha.

Kementerian Luar Negeri RI juga menegaskan bahwa mereka akan terus memantau perkembangan situasi di AS dan beradaptasi dengan kebijakan luar negeri yang baru. “Kami akan memastikan bahwa kepentingan nasional Indonesia tetap terjaga dalam setiap interaksi dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat,” tambahnya.

Dengan tidak adanya tradisi undangan untuk kepala negara dalam pelantikan presiden AS, kehadiran Prabowo di acara tersebut tampaknya tidak akan terjadi. Namun, hubungan baik antara Indonesia dan Amerika Serikat tetap menjadi fokus, dengan harapan untuk kolaborasi yang lebih erat di masa depan.

Kementerian Luar Negeri RI berkomitmen untuk terus memperkuat hubungan bilateral dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi mitra strategis yang penting bagi Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara.